sensasi dunia wisata dan petualangan

Vila Merah

Vila Merah…

Demikian nama tersebut diberikan pada sebuah bangunan yang merupakan rumah tinggal (vila), yang berada di Jalan Tamansari No 78 Bandung. Vila ini memiliki dinding dari batu bata merah yang tidak diplester. Batu batanya sendiri dibawa dari negeri Belanda dengan kapal laut.

Salah satu referensi mengatakan bahwa vila ini dirancang oleh C.P. Wolff Schoemaker pada tahun 1918. Sumber lain menyebutkan bahwa C.P. Wolff Schoemaker dan R.L.A. Schoemaker yang merancang pada tahun 1922. Namun saat saya berkunjung ke lokasi, di plakat tertulis dibangun pada tahun 1922 oleh R.L.A Schoemaker.

Fungsi vila merah :

  • Tahun 1922 : rumah tinggal, kemudian menjadi rumah dinas para guru besar Technische Hoogeschool (TH) Bandung
  • Tahun 1950 : asrama mahasiswa ITB.
  • Tahun 1955 : tempat menginap Perdana Menteri RRC Chou En Lai (referensi lain ditulis Zhou En Lai), selama Konperensi Asia Afrika.
  • Tahun 1968 :
    • tempat bimbingan seni rupa.
    • bimbingan belajar Villa Merah yang didirikan oleh mahasiswa dan alumni ITB. Bimbingan belajar Villa Merah ini merupakan bimbingan belajar pertama dan tertua di Indonesia.
  • Tahun 1998 :
    • tempat untuk keperluan ITB.
  • Sekarang : Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL) ITB.

Batu bata merah buatan Belanda

Dulu di zaman penjajahan, banyak kapal-kapal yang berlayar di lautan, menghubungkan Indonesia dengan Belanda. Kapal-kapal tersebut milik :

  • Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM)
  • Rotterdamchen Lloyd
  • Java China Japan Lijner (JCJL)
  • Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM)
  • perusahaan perkapalan Belanda lainnya

Ejaan bahasa Belanda kuno mencatat bahwa orang Eropa berlayar ke timur dengan sejumlah kapal besar maupun kecil untuk mencari rempah-rempah :

Sij quamen met getaelen. Van schepen kleijn en groot!

Artinya : Mereka datang dengan sejumlah kapal besar maupun kecil!

(Dr.D.A. Rinkes Cs. 1925. Het Indische Boek der See)

tampak samping

Demikian juga kapal dagang milik Belanda membawa barang-barang konsumtif ke Indonesia, termasuk batu bata merah. Fungsi batu bata tersebut sebagai penyeimbang/pemberat kapal supaya tidak goyang di lautan, karena kekosongan muatan palka (ruang/lubang tempat menyimpan barang-barang) kapal yang datang ke Indonesia.

Saat tiba di pelabuhan Tanjung Priok, batu bata tersebut diturunkan dan digantikan oleh hasil bumi juga perkebunan yang akan dibawa ke Eropa. Lama-kelamaan, batu bata buatan Belanda tersebut menumpuk dan sekitar tahun 1919 diangkut ke Kota Bandung. Vila Merah menggunakan sebagian batu bata tersebut untuk mengukur ketahanan batu bata di iklim tropis Indonesia.


Sumber data :

  • Kunto, Haryoto. 1986. Semerbak Bunga Di Bandung Raya. Bandung : Granesia.
  • Leushuis, Emile. 2014. Panduan Jelajah Kota-Kota Pusaka Di Indonesia. Yogyakarta : Ombak.
  • Suganda, Her. 2007. Jendela Bandung Pengalaman Bersama Kompas. Jakarta : Kompas.

Sumber foto : dokumentasi pribadi