sensasi dunia wisata dan petualangan

Rosmellix dkk : Jalan-jalan ke Batu Lonceng

Pagi itu saya bergegas menuju Ledeng, janji bertemu teman-teman di gerbang UPI. Hari itu, saya bolos kerja karena memang hendak jalan-jalan ke Batu Lonceng Lembang bersama Jesis, Dimas, Ucan, dan Cindy.

Perjalanan dimulai dengan angkutan ke arah Lembang, dan berhenti di pasar Lembang. Dari sini, kami naek angkutan pedesaan ke arah Cibodas. Angkutan ini semacam oplet, sudah tua dan sebenarnya sudah tidak layak untuk digunakan. Dan waduh…kami harus duduk sekitar satu jam menunggu angkutan ini penuh dengan penumpang (kebanyakan ibu-ibu) yang belanja di pasar Lembang.

tertutup krupuk

Lihat saja barang-barang belanjaannya, ada sembako seperti beras, terigu, telur, minyak, sayur-mayur, sampai jajanan pasar. Belum lagi snack anak dan tumpukan kerupuk. Mau melihat ke Dimas & Ucan (duduk di bangku sebrang kami) saja jadi terhalang.

Sedikit terhibur saat mesin angkutan ini dihidupkan, pertanda segera bergerak. Sepanjang jalan kami disuguhkan dengan suasana gunung dan hijau yang membuat mata tak berkedip. Untunglah cuacanya dingin, sehingga kami yang diangkutan ini tidak kegerahan karena angin bertiup ke dalam.

Setelah melewati daerah yang namanya Kayu Ambon, kami bergerak menuju Maribaya. Di sini jalurnya mulai menurun, sehingga sebentar-sebentar kami harus memegang dan menahan belanjaan yang tampaknya akan jatuh menimpa badan kami.

Akhirnya, satu per satu penumpang angkutan turun. Tinggal kami berlima yang tersisa hendak turun di penghujung jalur angkutan ini. Namanya daerah patrol. Dari sini, kami berjalan kaki menyusuri sungai, yang disebut sebagai Sungai Cikapundung (benar tidak y?).

bukittunggul

Tak berapa lama, kami melewati sebuah jembatan dan di depan kami ada tulisan “BUKITTUNGGUL”. Kami berjalan mengitari sungai, hendak mampir ke rumah kuncen Batu Lonceng. Ternyata bapaknya (kuncen Batu Lonceng) sedang tidak ada. Tapi kami beruntung, karena diantar oleh anaknya. Perlahan berjalan ke arah kaki Butkittunggul. Dengan nafas sedikit tersengal-sengal karena anak kuncen berjalan cepat sekali, akhirnya tiba juga di lokasi yang disebut Batu Lonceng.

batu lonceng

Di lokasi ini, ada sebuah rumah kecil. Didalamnya memang ada sebuah batu yang berbentuk seperti sosok orang. Konon batu ini bisa berdentang sendiri pada waktu-waktu tertentu. Dan batu ini lumayan berat. Lihat saja bagaimana teman kami Ucan, kewalahan mengangkat batu ini.

Menurut anak kuncen tadi, ada tatacara untuk mengangkat batu tersebut. Dan biasanya situs ini dikunjungi pada waktu-waktu tertentu. Bahkan ada yang sampai tidur di ruangan ini. Hiii..jadi merinding bulu kudukku membayangkan tidur disini. Seram!

 

batu kujang

Selain batu, di sini juga ada makam. Entah makam siapa (saya nggak ‘ngeuh’). Di sebelah makam, ada batu yang mirip seperti kujang. Konon, orang yang bisa memegang batu ini dan mencium batu kujang ini akan dapat berkah. Tentunya dengan membaca bacaan basmalah 3x. Karena tidak mengerti, kami bergantian mencoba dan malah terbengong-bengong.. Sempet terpikir ini seperti wisata ziarah atau pesugihan sih? Yah apapun namanya, paling tidak kami pernah menginjakkan kaki disini.

Selepas dari batu lonceng, kami berjalan menuruni lereng dengan pemandangan yang masih asri dan sejuk. Wah sejauh mata memandang yang tampak hanya gunung, gunung, dan gunung yang berwarna hijau. Anak kuncen tadi mengantar kami sampai ke patrol (tempat awal kami turun angkutan pedesaan tadi). Dari warung itu, muncul 3 anak kecil yang sedang bermain petak umpet. Saya yang sedang asyik melihat sekeliling, kaget karena 3 anak ini tiba-tiba berpose minta difoto..Lucu! Sambil menunggu angkutan, kami mulai duduk di warung dan mengunyah bala-bala. Hehehe..lapar!

foto dong!!

Setengah jam kemudian, angkutan datang. Kami segera naik. Lagi-lagi angkutan ini ngetem lumayan lama. Kami harus bersabar dan rela turun angkot demi menunggu Ucan dan Dimas yang sedang Jum’atan. Hiks..ditinggal angkot pergi!

Selepas Jum’atan, kami kembali naik angkutan yang kebetulan lewat. Laju angkutannya masih sama. Lama dan pelan. Wah..berasa tua di angkot y.. Akhirnya turun juga di Maribaya, Ucan mengajak kami ke Gunung Batu (bukit atas dekat Maribaya). Ada apa ya disana pikirku. Jalannya lumayan menanjak. Lihat saja Cindy dan Ucan sudah lebih cepat berjalan mendahului saya, Jesis dan Dimas. Ternyata, Ucan ingin menunjukkan bekas patahan lembang, sisa letusan gunung Sunda. Wow..exciting!

gunung batu
gunung batu

Lama tertegun dan menghirup udara disini, saya menyusul teman-teman saya yang sudah berjalan kaki di depan. Di tengah jalan, kami menumpang mobil kol buntung (pick up) untuk menghemat tenaga, karena perjalanan masih panjang.

..bersambung..
# foto : dokumentasi pribadi