sensasi dunia wisata dan petualangan

Njonja Meneer, Ikon Jamu Tradisional Indonesia

Pernah dengar Njonja Meneer (Nyonya Meneer)?

Yup betul, 2017 kemarin perusahaan Nyonya Meneer ini dinyatakan pailit. Tapi dibalik manajemen perusahaan ini, ada sosok yang penting, yaitu Nyonya Meneer. Sosok ini dianggap sebagai ikon industri nasional jamu dan kosmetik tradisional terbesar dan tertua di Indonesia.

Nyonya Meneer adalah seorang perempuan berdarah Tionghoa yang lahir di Sidoarjo pada tahun 1895. Dia punya nama asli Lauw Ping Nio, dengan nama panggilan Meneer. Meneer bukan berarti istri Meneer (tuan dalam bahasa Belanda). Meneer disini maksudnya adalah beras menir (sisa butiran halus penumpukan padi). Semasa dalam kandungan, ibunya Meneer suka makan beras menir ini.

Nonie Meneer (panggilan akrab saat kecil) memperoleh pengetahuan berbagai keterampilan rumah tangga dari ibunya. Setiap hari dia rutin merawat tanaman dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Pada umur 17 tahun, Meneer pindah ke Semarang setelah menikah dengan seorang pedagang asal Surabaya, Ong Blan Wan. Sebutan Nonie pun berubah menjadi Nyonya, Nyonya Meneer. Suatu hari, suami Meneer mengalami sakit perut parah (sariawan usus). Berobat berbagai ke dokter, tapi tak sembuh juga. Apalagi saat itu masa kependudukan Belanda, sehingga sulit untuk mendapatkan pengobatan yang layak.

Meneer pun mulai meracik sejumlah tanaman dengan peralatan seadanya. Suaminya sembuh dari sakit perut yang dideritanya setelah meminum jamu racikan Meneer. Dari sini Meneer bersemangat untuk melatih kemampuannya meracik obat herbal warisan orangtuanya untuk membantu keluarga, teman, kerabat dan masyarakat sekitar.

Jamu racikan Nyonya Meneer pun mulai dikenal dari mulut ke mulut. Khasiatnya mampu menyembuhkan penyakit mulai dari sakit kepala, masuk angin hingga demam parah. Di awal usahanya, Meneer mengantarkan sendiri jamu racikannya ke rumah-rumah pelanggannya. Tetapi karena tingginya permintaan, membuat Nyonya Meneer tak bisa keluar dari ruang raciknya. Meneer pun meminta maaf dan memasang potret wajahnya pada setiap jamu racikannya. Potret wajah yang tercantum di logo itu maksudnya untuk menjamin keaslian racikan jamunya tersebut. Dulu itu, memasang potret pada produk lazim dilakukan oleh para pelaku usaha sebagai jaminan produk berkualitas.

Tahun 1919 resmi berdiri perusahaan dengan nama “Djamu Djawa Asli Cap Potret Njonja Meneer” di Semarang. Usahanya makin berkembang ke berbagai kota di Indonesia. Dan siap sangka karena potret itu kini menjadi lambang produk jamu yang mendunia hingga tersebar ke negara lain seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Taiwan, Timur Tengah, Australia, Belanda dan Amerika Serikat.

Tahun 1984, Ibu Tien Soeharto memberikan penghargaan kepada Meneer dengan mendirikan Museum Jamu Nyonya Meneer. Sosok Meneer dianggap sebagai salah satu tokoh terpopuler di tanah air, karena telah melestarikan jamu, minuman asli dari Indonesia.


Tulisan dirangkum dari berbagai sumber.
Sumber foto: Tribunnews Menado