sensasi dunia wisata dan petualangan

Heritage Walks bersama Gagasceria

Tiba-tiba aja jam 7 pagi sudah ada di Preanger. Sambil duduk, saya baca lagi tulisan tangan. Hari ini emang ada tur alam buatan bertemakan sejarah Bandung dengan SD Gagas Ceria. Sambil ngelamun, saya tersenyum sama bapak satpam yang dari tadi memandang. Rupanya emang bapak satpam nunggu-nunggu “..mana rombongan dari Bandung Heritage teh..”.

Pukul 7.50, datang minibus yang dikira pikir mau nabrak pintu gerbang Hotel Preanger. Ups..ternyata supir bus-nya salah jalan masuk ke Preanger..
Mungkin karena nggak tau pintu mana yang bisa dilalui

Sudah jam 8 kurang, entah mengapa juga, Kang Hariavo yang mustinya menemani saya, mendadak meriang. Untung…ada Kang Dadan (awalnya emang niat cuman foto aja, tapi jadi kecipratan guiding hehe). Peserta tur kali ini dibagi jadi 2 grup. Saya pegang grup pertama, Kang Dadan grup yang kedua.

berkenalan..
berkenalan..

Saya perkenalkan diri dan mulai bercerita tentang Bandung purba, berlanjut ke Jalan Asia Afrika dan disambung dengan kisah Bandung tempo dulu. Belum selesai saya bicara, ada yang bertanya..”Kak, Daendels itu sudah pernah kesini y..?
Wah..tampaknya adik-adik dari Gagas Ceria sudah pada tahu nic.. Hm..saya jadi kewalahan dihujani dengan berbagai macam pertanyaan hehe..

Spot pertama yang dituju itu KM 0 yang terlihat dengan monumen setum-nya.. Lucu, ada yang bertanya, “..bahan bakarnya apa?”, “..kenapa kok monumen-nya tahun 2004..?”. Hahaha..spontan, saya dan guru-guru pembimbingnya (Mba Irna dan Mba Nining) geli denger pertanyaan mereka. Ada satu tanda yang mereka tanya, dan..jujur aja saya nggak tau itu teh apa..sepakat jadi pe-er buat grup kami ini hehe..

Berhenti di depan Savoy Homan, mata langsung tertuju dengan bangunan tersebut. Spontan adik kecil bertanya, “..kok di atas gedung ada menara y? Kayak jempol diacungin..”. Weleh-weleh..pikiran mereka ini cepat sekali, sudah selangkah lebih maju..

Setelah melewati Gedung PR dan Rath Camp, berhentilah kami di depan Hotel Wihelmina. Adik-adik Gagasceria ini duduk jongkok sambil meneguk minuman yang mereka bawa. Wah pikir-pikir pegel juga jongkok. Tapi apa boleh buat, nggak ada spot yang representatif buat duduk ni..

Sambil mendengarkan cerita dan memandang ke arah bangunan KAA dan AACC (Majestic), mba Irna (guru pembimbing-nya) penasaran tentang Hotel Wihelmina. Memang bangunan ini sudah lama dipagari sampai nggak bisa liat apa sih yang didalam. Tampaknya adik-adik kecil, mba Irna and mba Nining penasaran. Akhirnya saya ajak jalan lewat di depan pintu yang agak terbuka (maksudnya ngintip aja).. Eeeeh..nggak taunya bapak yang terlihat duduk di bawah pohon tiba-tiba berdiri dan bilang “..Nggak boleh..”. Wah kaget juga ni, tapi aturan dari mana y nggak boleh? Padahal kan cuman ngintip aja. Ternyata ada salah satu adik Gagasceria bertanya, “..kenapa nggak boleh..?”. Mendadak saya kepengen ketawa denger pertanyaan ini. Nah lho..!! Bapak tadi yang kemudian disusul oleh temannya menjawab karena sedang ada bos-nya. Haha..kali ini saya tersenyum aneh dengan jawaban bapak tadi. Jawabannya nggak signifikan banget ya..

Tapi senangnya adik-adik kecil ini sudah ada rasa ‘care’ dengan cerita-cerita tempo dulu sepanjang jalan tur ini. Terbukti saat saya bercerita, mereka ini antusias sekali bertanya. Dan nggak cuman seorang. Bahkan ada yang sampai mengacungkan tangan dan berusaha jalan di sebelah saya untuk bertanya karena penasaran..

Sampai di depan Bank Jabar, ada satu monumen penting yang berkaitan dengan peristiwa Bandung Lautan Api. Ada yang bertanya “..kok stilasi-nya begini ya..?”. “..lalu ini teh apa yang diatas monumen ini..?”. Pertanyaan simple tapi lucu, tapi harus dijawab nic. Klo nggak..pasti ditanya lagi deh hehe..

Setelah melihat Bank Jabar, Gedung YPK, kami hendak menyebrang jalan. Memang agak sulit menyebrang, bukan karena traffic yang padat, tapi karena laju kendaraan di situ lumayan kencang juga. Akhirnya setelah menunggu kami menyebrang. Saya sempat khawatir adik-adik kecil ini bakal berlari, tapi ternyata tidak.

depan sumber hidangan (ups..terhalang mobil)
depan sumber hidangan (ups..terhalang mobil)

Sekitar Sumber Hidangan, kami bertemu dengan kelompok yang dipandu Kang Dadan. Saya yang sedang menggandeng tangan seorang adik perempuan, spontan melambaikan tangan karena melihat yang lain serempak melambaikan tangan juga dan say..Hai..hehe..berasa ketemu temen lagi..

Di depan gedung gas negara. Adik-adik ini terlihat bolak-balik memperhatikan bangunan ini sambil penasaran dengan isi gedung ini. Dan benar saja, tiba-tiba tangan-tangan mereka sudah berusaha untuk membuka tirai penutup dari lubang-lubang kaca jendela. Haha..saking penasaran jadi pantang menyerah ni..

Sempat saya ajak ke restoran Braga Permai, dan tampaknya mereka ini mulai berimajinasi sendiri dengan foto yang di pampang di dinding restoran tersebut. Mereka berkomentar tentang mobil, bangunan dan jalannya.

Akhirnya kami pun menyebrang lagi (masih di jalan Braga, tapi di sayap barat-nya). Ada yang celetuk “..mana toko buku jawa..?”. Wah rupanya mereka tahu dari spot iklan SCTV. Hm..pemerhati banget ya..
Tiba-tiba saja ada yang bilang “..kakak, mau pipis..”. Waduh..dimana ya? Hm..langsung teringat sesuatu. Di Jalur Braga aja. Ada toilet kok. Segeralah adik yang ingin pipis itu kesana ditemani mba Irna. Dan eh..setengah rombongan juga ikut. Beser ya..

Rombongan yang tersisa berjalan lagi menyusul yang teman-temannya yang beser. Perjalanan dilanjutkan sampai depan toko Taurus, lalu menyebrang untuk melihat lokasi dimana agen-agen surat kabar dan majalah berkumpul.

Ternyata, ada yang sudah lapar dan kebetulan grup yang dipegang oleh Kang Dadan sudah lebih dahulu sampai di Alun-alun. Jadi, kami bergegas untuk melanjutkan tur. Dan terpaksa ada spot yang terlewat untuk diceritakan..(bale sumur bandung, next aja klo ketemu lagi..hehe).

Di depan Asuransi Jiwasraya juga, ada yang bertanya “..kok monumennya beda ya sama yang tadi..?”. “..Ih, kok bau sih..”. Memang monumen (stilasi) di Jiwasraya sudah tidak ada bunga patrakomala berikut batangnya. Maklum, ada yang ngambil, entah iseng atau sengaja. And emang di sekitar stilasi bau pesing. Tampaknya, jadi area kencing.. Wah..gimana nih..nggak peduli banget ya..

Akhirnya, kami pun menyebrang di ujung jalan Banceuy. Lumayan kendaraan padat juga. Dan menyebrang pula-lah kami lewat jembatan. Di Alun-alun, adik-adik yang awalnya bilang lapar dan lelah, langsung berlarian. Tampaknya mereka ini senang, karena masih ada lahan/taman untuk mereka bergerak. Ada yang berlari-lari mengejar temannya, ada yang berjalan berkeliling, ada juga yang duduk sambil makan dan ngobrol.

ini namanya andini..
ini namanya andini..

Saya pikir ending disini, tapi ternyata saya dihampiri seorang adik yang bilang..”..kak, mau ke makam Bupati dong..”. Wah..ternyata, Kang Dadan membawa kelompoknya kesana (sambil menunggu kelompok yang saya pandu tiba).

Dalam hitungan satu menit, adik-adik grup saya sudah berbaris mengikuti saya untuk melihat makam Bupati. Pertanyaan mereka juga menarik. “Makam Bupati yang mana, kok banyak sih..”. Haha..saya jadi ngikik sendiri. Untunglah ada kuncennya..jadi bapak kuncen yang menjelaskan semua..

Selesai dari makam Bupati, kembali ke Alun-alun. Dan Kang Dadan mengajak kami masuk ke Pendopo (biar nggak penasaran aja). Saat berjalan di area pendopo, kami ditanya oleh petugas, padahal tadi Kang Dadan sudah meminta izin. Wah..sulit juga ya kepengen liat bangunan di Bandung. Padahal kami ini kan hanya melihat-lihat biar tahu apa tentang model dan isi bangunan berikut sejarahnya.

Di Akhir tur, kami berfoto di bale-bale Pendopo, tanpa membuat keributan. Jadi fotonya cool and calm hehe..

bahasa inggris-nya keju...! teriak seorang guru
bahasa inggris-nya keju…! teriak seorang guru

Bus pun sudah ada untuk menjemput adik-adik Gagasceria. Wah..saya dan Kang Dadan tiba-tiba ditanya..”..Kakak, nama facebook-nya apa..?”. Wah spontan kami terkaget-kaget. Ternyata sistem belajar di Gagasceria ini sudah online. Adik-adik ini terbiasa mengerjakan pe-er di facebook. Hebat..Hebat..Salut !!

Satu hal yang saya ingat dari tur kali ini, jangan pernah menganggap remeh anak kecil. Kita nggak pernah tau bahkan nggak ngerti jalan pikiran mereka. Tapi sebenarnya mereka itu pintar, dan berikir menurut usianya. Jadi selalu ada pertanyaan-pertanyaan menggelikan seperti ini. Satu bukti bahwa mereka ini merespon dan peduli dengan hal-hal yang baru. Siapa tahu ke depannya nanti, mereka-mereka inilah calon-calon yang akan memperpanjang kisah sejarah Bandung.

VOTE FOR BANDUNG !!!

*Terima kasih untuk Kang Dadan, Hariavo (cepet sembuh), Bu Franches dan Tubagus Adhi, Dimas dan Andai (absen) yang bersedia menemani SD Gagasceria..
*Foto di teh Nining mana ya..upload dong…hehe